Monday, December 28, 2009

"Free Kick" Chapter #2: MOS

    Namun kegembiraan ketiga sahabat ini tak berlangsung lama saat Randa melihat kembali susunan murid kelas 3-A di lembar yang diletakkan paling kiri atas pada papan pengumuman itu.

     “Rasanya kita bertiga tak bisa terlalu bersenang-senang selama satu tahun ini” Randa berkata dengan nada sinis.
     “Kenapa? Ada masalah dengan nama-nama disitu?” Leo penasaran.
     “Lihat saja sendiri” jawab Randa sabil menunjuk satu nama.

    Leo melihat dan membaca nama yang dimaksud dan mendengus kesal. Seno ganti melihat dan dari raut mukanya menunjukkan bahwa ia juga tidak suka dengan apa yang baru saja ia baca.


     “Cih, kenapa ada si pengecut itu di kelas 3-A?” gerutu Seno.
     “Pelicin” tebak Randa.
     “Gue setuju” sahut Leo.

    Nama yang mereka bertiga maksud adalah Jonathan, anak orang kaya yang sangat dihormati oleh Dewan Sekolah karena ayahnya adalah donatur terbesar di sekolah itu. Selain itu, Jonathan adalah rival Randa dalam ekskul sepakbola. Randa sendiri keluar dari ekskul itu karena tidak tahan dengan sifatnya yang sangat sombong dan membanggakan kekayaan ayahnya yang berlimpah ruah. Keluarnya Randa disusul Seno yang sama-sama diperlakukan diskriminatif oleh pelatih ekskul sepakbola, yang pasti itu adalah akal-akalan Jonathan.

     “Tapi, udah lah. Ngapain sih kita ngurusin dia? Kayak nggak ada kerjaan lain aja. Kalo dia mulai berulah, kita tinggal beresin aja” kata Seno.
     “Ya sudahlah, ayo kita masuk ke kelas. Pelajaran pertama Biologi, sama Pak Bonar. Ntar kena hukum bersihin lapangan kalo telat” ajak Randa.

    Leo tidak ikut ke kelas karena dia bersama Lina adalah pengurus OSIS yang akan melaksanakan MOS untuk kelas 1. Kebetulan mereka berdua akan menangani kelas 1-B, kelasnya Reni. “Kesempatan bagus buat ngerjain Reni”, pikir Leo.

     “Lin, jangan bilang siapa-siapa kalau Reni itu adek gue, oke!”
     “Emangnya kenapa?”
     “Ada deh, gue juga udah bilang sama Reni, jadi nggak masalah”
     “Terserah deh, eh tuh para fans setia lo udah menunggu dari tadi” kata Lina sambil menunjuk ke arah gerombolan cewek-cewek di depannya.
     “Waduh, gawat! Bisa habis gue. Ya udah gue muter lewat jalan belakang aja, tungguin gue di kelas 1-B ya”
     “Oke!”

    Leo, Seno dan Randa adalah tiga cowok yang populer dengan banyak penggemar cewek. Tak hanya di sekolahnya tapi juga dari sekolah-sekolah lain. Mereka bertiga menjadi terkenal karena selain mempunyai wajah yang rupawan, juga karena mereka aktif dalam beberapa kegiatan sekolah. Leo aktif di OSIS sebagai ketua bidang olahraga, Seno di ekskul sepakbola walaupun sudah mengundurkan diri dan sekarang ia bergabung di ekskul karate. Sedangkan Randa selain menjadi anggota ekskul atletik, ia sering mengikuti lomba mata pelajaran dan tak jarang ia menjuarai beberapa dari kesemuanya.

***
    Kegiatan MOS telah dimulai dan Leo bersama Lina menggiring (aduh kok pake kata “menggiring”? emangnya bebek!) siswa ke dalam kelas 1-B. Sesuai rencana, mereka ngerjain Reni habis-habisan.

     “Sialan! Jadi ini alasannya gue nggak boleh bilang-bilang kalo gue ini adeknya. Awas aja kalo udah dirumah bakalan gue goreng lo, Kak Leo!” omel Reni dalam hati.

    Kegiatan belajar mengajar selama masa MOS hanya berlangsung sampai bel istirahat pertama. Sehingga Seno, Randa dan Sinta bisa melihat tingkah para pengurus OSIS yang ngerjain anak-anak kelas 1. Yang paling lucu adalah saat kelas 1 mengumpulkan tanda tangan dari para pengurus OSIS. Sebelum mendapatkan tanda tangan, mereka harus melakukan “sesuatu” terlebih dahulu seperti push up, joget dan lain-lain. Tak jarang nametag pengurus OSIS ditukar atau dipasang ke orang lain yang bukan pengurus agar peserta MOS bingung.

     “Eh, elo bertiga pada pake nametag ini dah” kata Andre, salah satu pengurus OSIS kepada Randa, Seno dan Sinta.
     “Hah? Punya siapa tuh?” Tanya Seno.
     “Udah! Pake aja terus kalo ada yang minta tanda tangan elo, kerjain dia dulu. Oke!”
     “Santai, serahin ke gue ama Randa” kata Seno setuju. Sinta hanya senyum-senyum ngebayangin gimana mereka berdua ngerjain anak kelas 1.

    Sesuai dugaan, tak lama kemudian beberapa anak kelas 1 ngerubungin mereka bertiga untuk meminta tanda tangan. Randa dan Seno pura-pura jual mahal dengan membiarkan mereka. Karena kasihan, akhirnya Sinta angkat bicara.

     “Kalian semua mau ngapain?” sapa Sinta ramah.
     “Minta tanda tangannya, Kak! Masih banyak lagi nih” kata salah satu anak kelas 1.
     “Heeh? Mau minta tanda tangan? Nggak segampang itu kali” Seno sok senior.
     “Kalian kalau mau sesuatu harus ada usahanya dulu” tambah Randa.
     “Jadi kita harus ngapain nih, Kak?”
     “Ngapain yah? Enaknya diapain nih, Sin?” Tanya Seno ke Sinta.
     “Terserah deh, aku tinggal ikutin aja” jawab Sinta.
     “Yaudah, kalian semua jalan pelan-pelan ke tengah lapangan terus balik lagi kesini tapi pake gaya monyet” perintah Seno.

    Dengan sedikit protes, mereka melakukan apa yang diperintah Seno. Mereka bertiga tertawa melihat aksi bocah-bocah kelas 1 itu yang berjalan mirip monyet dan ditertawakan oleh anak-anak kelas 2 dan 3. Setelah selesai melakukan itu Seno kembali bicara.

     “Kalian semua mau tanda tangan kita bertiga?”
     “Iya, Kak! Cepetan donk masih banyak lagi yang belum dapet nih”
     “Eet, dah! Berani bener lo nyuruh-nyuruh gue. Yang kalian kerjain tadi cuma berlaku buat gue doang. Kalian harus dapet perintah dari dua temen gue ini lagi kalo mau dapet tiga tanda tangan” Seno udah mulai berlagak. “Eh, elo mau ngerjain apa buat mereka nih?”
     “Emm… nyanyi aja deh” sahut Sinta.
     “Trus kalo elo?” Tanya Seno.
     “Gue nambahin aja. Kalian pake gaya rapper, dan lagunya bebas tapi dibuat hip-hop. Kalo jelek gue nggak terima, gimana?” kata Randa.

    Tanpa pikir panjang anak-anak kelas 1 langsung berunding mau nyanyi lagu apa. Setelah itu mereka memutuskan untuk menyanyikan lagu “Potong Bebek Angsa” dengan gaya hip hop. Lagu dengan style rap dan hip-hop ditambah gaya aneh mereka membuat murid-murid sekeliling mereka ngakak nggak karuan, bahkan ada yang sampai guling-gulingan saking gelinya.

    Setelah selesai, Seno mengaku kalau dia, Randa dan Sinta bukanlah anggota OSIS dan segera saja suara kekecewaan keluar, “Yaaahh….. capek deh kita dikerjain”, kata anak-anak kelas 1 itu. Tapi karena kasihan dengan mereka, Seno memanggil Leo yang kebetulan ada di dekat situ dan memberitahu kalau dia anggota OSIS. Sekejap saja Leo diuber.

     “Sialan lo, Seno!” kata Leo dalam hati sambil kabur dari kejaran para murid baru.

***
    Ketika istirahat siang, ketiga sahabat itu bersama Lina dan Sinta berkumpul satu meja di kantin. Mereka bertiga memang tidak sembarangan menerima orang lain duduk satu meja bersama orang lain selain Lina dan Sinta karena menurut mereka hanya mengganggu saja. Saat bercakap-cakap, Leo memanggil adiknya yang tak jauh dari mereka.

     “Eh…Reni, ayo kesini makan bareng!” ajak Leo.

    Tindakan Leo membuat keempat temannya yang lain heran, apa sih yang dipikirkan Leo. Tapi, mereka diam saja. Dan akhirnya Lina dan Seno ikut mengajak Reni.

     “Kak Leo, nggak apa-apa nih aku gabung ama yang lainnya?” Reni berkata agak takut-takut.
     “Udah duduk aja, nih masih ada tempat duduk lagi” kata Leo sambil menyambar satu tempat duduk.
     “Lagipula kalo begini kan jadinya pas tiga cowok dan tiga cewek. Iya nggak, Randa?” sahut Seno
     “Ya, tapi dengan tindakan lo tadi apa para penggemar elo bakal protes?” kata Randa.
     “Iya juga sih, kita kan nggak sembarangan nerima orang lain tapi dengan gampangnya tiba-tiba narik Reni gabung. Apa kata mereka nanti?” Tanya Lina.
     “Sama saja kan kayak elo, Lin” Leo menanggapi.
     “Iya sih. Eh, Ren mulai sekarang hati-hati yah sama para penggemar ketiga artis sekolah ini. Mereka ganas-ganas, loh” Lina menakut-nakuti Reni.
     “Aaaa… gimana nih Kak Leo, Reni kan jadi nggak enak nih” Reni pura-pura takut..
     “Udah, nggak apa-apa sih. Lagipula sebenarnya Kakak begini untuk menjaga kamu juga”
     “Menjaga bagaimana?”, Sinta akhirnya bicara.
     “Oke, gue kasih tahu alasan kenapa gue nyuruh elo semua buat nggak bilang-bilang. Selain mengusir para cewek yang sok kecakepan itu, juga agar Reni nggak dideketin sama si anak tajir itu”, Leo berkata sambil menekankan kata yang menunjukkan Jonathan.
     “Oo, gue ngerti. Dengan cara itu ada dua keuntungan. Pertama, Reni pasti nggak bisa sembarangan dideketin cowok. Kedua, elo sendiri bisa bebas dari penggemar cewek elo, kan?”, Randa mulai mengerti maksud Leo.
     “Ting Tong! Bener. Eh, Ren kamu setuju dengan cara Kakak?”
     “Terserah deh” kata Reni cuek sambil nyeruput es jeruknya.



Bersambung…
Readmore »»

Monday, December 21, 2009

Free Kick Chapter#1: Tahun Terakhir

Hari Senin pagi, sinar matahari pagi menyapa dunia dengan ramahnya. Lebatnya dedaunan pohon beringin tak menghalanginya menyinari tanah yang basah karena hujan semalam di bawahnya. Tak ketinggalan suara kicau burung-burung kecil dan binatang-binatang mungil lainnya saling bersahutan di halaman rumah Leo.

Pemuda itu sudah bersiap-siap dengan seragam sekolahnya. Dia tak menyangka bahwa ia telah menjadi siswa kelas 3 SMA, yang berarti tinggal setahun lagi ia akan lulus dan meninggalkan masa-masa sekolahnya. Tak mengapa dia sendiri seperti tidak terlalu memperdulikannya, dengan memanggul tas di bahu kirinya ia menuju pintu rumahnya dan pergi ke sekolah.

“Leo! Pagi...!!!”, suara Lina memanggil Leo yang berjalan sendiri di trotoar.
“Pagi... tumben nggak bareng Sinta? Biasanya kalau berangkat selalu bareng”
“Nggak, tadi gue mampir ke rumahnya dan kata mamanya Sinta diantar sama ayahnya”, jawab Lina sambil memegang sebuah gulungan kertas yang lumayan besar. Tapi Leo tidak menanyakan apa gulungan itu, ”Mungkin itu hanya poster untuk kegiatan OSIS”, pikirnya.
Leo dan Lina sampai di perempatan jalan menuju sekolah mereka dan mereka berjumpa dengan Seno dan Randa.

”Hello”, sapa Leo dan Lina.
”Yoo”, jawab Seno. Randa hanya mengangkat sebelah tangannya menjawab salam keduanya.

Seno, Leo dan Randa adalah sahabat sejak kecil. Rumah mereka tidak berjauhan, paling jauh sekitar 300 meter, mereka bertiga juga sangat akrab walaupun bisa dibilang mereka bertiga adalah teman bermain yang sedikit aneh. Seno orang sangat bersemangat dan periang, Leo sifatnya sedikit tertutup tapi sangat terbuka dan hanya ramah kepada orang yang dianggapnya tepat, sedangkan Randa pribadinya selalu tenang dan tak suka basa-basi, mereka bertiga dari kecil sangat kompak. Ketiganya suka bermain sepakbola dan mereka sering bermain di lapangan dekat rumah, entah bersama anak-anak lainnya atau hanya bertiga saja.

Di dekat rumah mereka ada sebuah klub sepakbola. Tak banyak yang menjadi anggota klub itu. Tapi bagi Seno dan Randa tempat itu sangat berarti karena mereka bisa menyalurkan minat, hobi dan bakatnya dalam sepakbola.

Lain halnya dengan Leo, ia sebenarnya tidak bisa menyukai sepakbola sepenuhnya. Ia dimasukkan ke klub sepakbola itu karena paksaan ayahnya yang maniak sepakbola. Seandainya tidak ada Seno dan Randa yang menjadi anggota klub sepakbola miskin itu, Leo tak akan pernah mau bergabung.

Sejak SMP, ketiga sahabat itu sudah sering bertanding melawan klub sepakbola lain dan mengikuti beberapa kejuaraan. Walaupun tim mereka tak pernah menjuarai semua turnamen itu, tapi beberapa pengamat sepakbola sering memuji penampilan Seno, Randa dan anehnya Leo juga.

Menurut pendapat mereka, Seno sangat lihai dan cepat dalam pergerakan dan reflek tubuh serta naluri dan kecepatan yang tinggi sebagai pemain penyerang. Leo, walaupun tidak selincah Seno tapi ia cukup baik dalam melakukan cross pass. Randa, dialah yang menjadi daya tarik karena skillnya dalam passing, dribble, dan teknik-teknik dasar sepakbola lainnya diatas rata-rata terutama kemampuan self-dribbling-nya. Selain itu Randa juga bisa dimainkan di segala posisi, ia adalah pemain serba bisa.

Agoenk Soccer Club, tim sepakbola Seno, Randa dan Leo dinamakan tidak pernah menjadi juara walau juara harapan sekalipun karena selain mereka bertiga, pemain lain di tim itu kemampuannya masih kurang. Tapi hal itu tak masalah bagi ketiga bersahabat itu karena asal bisa bertanding itu sudah cukup, terutama Seno dan Randa.


***
Akhirnya mereka berempat sampai di gerbang sekolah mereka, SMU 203, ketika akan lewat gerbang pintu masuk tiba-tiba Leo merasa kepalanya terkena lemparan kerikil diiringi suara seseorang dari belakang.

”Kak Leo! Jahat amat sih Kakak ninggalin aku di rumah, kenapa nggak nungguin?”, suara Reni marah dan terengah-engah. Jelas terlihat ia habis berlari.
”Siapa suruh, kamu mandi aja lama amat kayak penganten. Untung Kakak mandi duluan daripada kamu. Kalau nggak, bisa telat ke sekolah”, Leo menjawab sambil sedikit nyengir. Lina dan Seno tertawa melihat muka cemberut Reni, Randa hanya tersenyum kecil melihat mereka bertengkar.

Reni adalah adik Leo, sifatnya hampir sama dengan Seno dan sangat akrab dengan kakaknya. Walaupun begitu sebenarnya Reni adalah adik tiri Leo, ia diadopsi ketika baru berusia 3 tahun. Tapi, bagi Leo itu tidak menjadi masalah. Ia senang karena mempunyai adik perempuan yang lucu dan periang, ia pun menganggap Reni seperti adik kandungnya sendiri. Terkadang Leo pun agak protektif kepadanya.

Reni melihat gulungan yang mirip selebaran yang dipegang oleh Lina dan ia menanyakan apa isi gulungan itu. Sebelum Lina membuka gulungan tersebut, Leo melihat Sinta di dekat papan pengumuman. Ia memanggilnya namun Sinta hanya tersenyum kecil, memang ia sangat pemalu dan jarang berbicara dengan orang lain. Hanya Leo saja yang bisa membuatnya berbicara walau Sinta berbicara agak gugup.

”Lebih baik kita lihat dulu pembagian kelas di papan pengumuman”, ajak Seno dan lainnya mengikuti dari belakang.

Dan mereka bergegas berjalan ke papan pengumuman yang letaknya tidak jauh dari pintu masuk. Tahun lalu ketika Seno, Randa dan Leo kelas 2 mereka tidak berada dalam satu kelas, dan tahun ini mereka berharap akan masuk ke kelas yang sama. Seno dan Leo berusaha selama satu tahun di kelas dua agar bisa minimal mengimbangi kemampuan akademis Randa yang jenius, Randa pun membantu mereka dengan membentuk kelompok belajar yang diadakan di rumah Seno.

Di dalam kelompok belajar itu ada juga Lina dan Sinta yang saat itu duduk di kelas satu. Kedua cewek itu diajak oleh Seno. Awalnya Seno berniat mengajak Sinta saja, tapi ia juga mengajak Lina karena Sinta tidak mau kalau tidak ada cewek lain di kelompok itu. ”Yah, nggak apa-apalah biar lebih rame”, pikir Seno.

***

”Eh, salah satu aja deh yang liat! Rame banget disana, nanti hasilnya laporin ke sini”, saran Lina.

Cewek itu melihat begitu banyaknya siswa yang memadati sebuah papan yang dipancang permanen berukuran 4x5 meter dan ditempeli beberapa kertas berisikan daftar nama-nama. Lembar satu berisikan daftar nama-nama yang akan menduduki kelas A, lembar kedua adalah kelas B dan seterusnya.

”Rasanya tidak perlu, kita akan tahu sebentar lagi. Hei... Sinta gimana pembagian kelasnya?” Leo bertanya kepada Sinta yang kelihatannya sudah melihat semua daftar tersebut.
”Aaa.. Lina dan Aku di kelas 2-B, lalu Reni di..di kelas 1-B”, Sinta berkata dengan gugup.
”Hah? Bener...? Yeeaah!! Sinta, kita sekelas donk!!! Nanti gue duduk sama elo yah?” Lina bersorak senang sambil merangkul Sinta.
”Lalu kamu tahu kita bertiga di kelas mana?”, tanya Leo tidak sabar menunggu jawaban Sinta.
”K..kak Leo, Kak Randa dan Kak Seno di ke...kelas 3-A”, jawab Sinta makin grogi karena dirangkul Lina

Ketiga cowok itu terdiam, mencoba memahami kata-kata Sinta barusan dan mereka saling berpandangan. Sesaat kemudian mereka berteriak melepaskan kegembiraan karena perjuangan selama satu tahun berhasil mereka capai. Ini berarti mereka bisa bersama selama tahun terakhir mereka di SMA.



Bersambung


Readmore »»

Saturday, December 19, 2009

Coming Soon: A Debut of SauOni’s Story

Yaaii…, akhirnya gw bisa juga mulai nulis cerita. Setelah belajar menulis otodidak bertahun-tahun (baca: 3 tahun) dan berbagai halangan merintang seperti: nggak pede, nggak ada waktu, males, susah nyari ide, komputer kena virus mlulu, tugas sekolah numpuk, jadwal bejibun, sakit, kecapekan dan lain-lain. Akhirnya sedikit-demi sedikit gw mulai nulis.

Jujur aja, seperti kebanyakan penulis gw juga sulit menentukan tema apalagi judul yang bagus dan menarik. Tapi, selama tiga tahun ini gw udah banyak ngumpulin tema untuk dibuat cerita. Tapi setelah dirangkum dan ditelaah, dari berbagai tema itu hanya tinggal 3 tema cerita saja yang paling mudah dan ringan untuk dibuat cerita.


Ketiga tema yang dirangkum oleh gw adalah, “Fantasy”, “Sport” dan “Music”.
Untuk debut gw, rasanya gw bakal ngambil tema olahraga dulu karena yang paling mudah.

Cerita ini gw beri judul: FREE KICK.

Kenapa harus FREE KICK?


Ini karena gw terinspirasi dari beberapa pemain sepakbola yang lihai dalam melakukan free kick yaitu: David Beckham, Luis Figo, Roberto Carlos dan khususnya Shunsuke Nakamura.


Preview nya adalah sebagai berikut:

Karakter

Leo: Cowok, 17 tahun, sahabat Seno dan Randa. Street Soccer player. Lumayan bagus dalam sepakbola, dia bermain karena paksaan Ayahnya yang maniak sepakbola. Karakter utama 1. Karakter ini terinspirasi dari pemain timnas Jepang Shunsuke Nakamura dan mantan pemain timnas Portugal, Luis Figo.




































Seno: Cowok, 17 tahun, sahabat Leo dan Randa, sangat menyukai sepakbola dan bercita-cita ingin menjadi pemain sepakbola profesional. Karakter utama 2. Karakter ini terinspirasi dari pemain timnas Korea Selatan, Park Chu Young
.

















Randa: Cowok, 17 tahun, sahabat Leo dan Seno. Sangat berbakat dalam sepakbola, dan ia berhenti sementara dari sepakbola karena cedera. Karakter utama 3. karakter ini terinspirasi dari pemain timnas Portugal, Cristiano Ronaldo.



















Mario: Cowok, 17 tahun, teman satu sekolah karakter utama. Karakter ini terinspirasi dari pemain timnas Jepang, Seiichiro Maki.





















Ibrahim: Cowok, 17 tahun, teman satu sekolah karakter utama. Karakter ini terinspirasi dari pemain dan pemain timnas Swedia, siapa lagi kalo bukan Zlatan Ibrahimovic.




















Doni: Cowok, 17 tahun, kapten tim Agoenk SS. Karakter ini terinspirasi dari mantan kapten timnas Jepang, Tsuneyasu Miyamoto.





















Reni: Cewek, 15 tahun. Adik tiri Randa. Asisten pelatih Agoenk SS

Lina: Cewek, 16 tahun. Teman SMP para karakter utama. Sedikit tomboy. Manajer Agoenk SS

Sinta: Cewek, 16 tahun. Teman SMP para karakter utama. Sangat pemalu. Dokumenter Agoenk SS

Agung : Cowok, 62 tahun. Pelatih sekaligus pendiri Agoenk SS.

Jonathan: Cowok, 17 tahun. Rival Seno.


Synopsis-nya seperti ini:

Seno, Leo dan Randa adalah sahabat sejak kecil dan kompak. Mereka bertiga terutama Randa sangat berbakat dalam sepakbola dan bermain di suatu sekolah sepak bola kecil yang miskin. Lalu Randa dan Leo berhenti dari sepakbola karena alasan masing-masing, dan hanya tinggal Seno saja andalan di tim kecil itu. Suatu hari diadakan kejuaraan daerah yang diikuti oleh sejumlah sekolah sepakbola. Selain itu, SMA tempat Seno, Leo dan Randa bersekolah ikut berpartisipasi karena prestasi dalam sepakbolanya. Awalnya Seno ingin bergabung dengan tim SMA-nya tapi gagal, dan akhirnya Seno memperkuat timnya sebagai andalan utama.



Gw nggak bisa menentukan kapan cerita ini akan selesai, tapi sebisa mungkin gw tulis selagi ada waktu luang ...

Readmore »»

Template by:
Free Blog Templates